
Ketua Perkumpulan Induk Organisasi Kesehatan Tradisional Indonesia (PIKTI), Dr. Dr. Ekawahyu Kasih, S.H., M.H., S.E., M.M., S.Pd., M.Pd. menyampaikan bahwa pandemi global COVID-19 yang diumumkan oleh WHO pada tanggal 12 Maret 2020 telah membawa dunia ke dalam tantangan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Timeline penanganan pandemi ini oleh WHO memberikan wawasan tentang bagaimana penanganan cepat dan kolaboratif dapat berdampak besar pada hasil pandemi ini.
Pada tanggal 24 Februari 2020, ditunjukkan bahwa keberhasilan penanganan COVID-19 sangat bergantung pada sejumlah faktor kunci. Pertama, pengambilan keputusan yang cepat oleh para pemimpin negara telah membuktikan memiliki dampak positif dalam meredakan penyebaran virus. Kedua, ketelitian dalam menjalankan operasional sistem kesehatan masyarakat menjadi elemen krusial dalam memitigasi dampak pandemi ini. Ketiga, keterlibatan aktif masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan telah terbukti memainkan peran penting dalam menekan laju infeksi.
Penelitian yang telah dilakukan mengenai COVID-19 telah mengungkap dampak yang lebih kompleks daripada yang awalnya diantisipasi. Selain menyerang sistem pernapasan, virus ini ternyata juga memiliki potensi untuk menyasar sistem syaraf pusat dan tepi sebelum gejala utama seperti batuk dan gangguan pernapasan muncul. Selanjutnya, penelitian juga mengungkapkan bahwa COVID-19 dapat menyebabkan kegagalan fungsi berbagai organ tubuh seperti paru-paru, ginjal, dan jantung. Hal ini melibatkan mekanisme kompleks termasuk peradangan dan pembekuan darah berlebihan.
Dalam konteks kerusakan sistem syaraf pusat, dampaknya sangat beragam. Virus ini dapat menyebabkan encephalopathy yang mengakibatkan kebingungan, kehilangan memori, dan bahkan perubahan kepribadian. Selain itu, encephalitis, acute disseminated encephalomyelitis, meningitis, stroke iskemik dan hemoragik, venous sinus thrombosis, dan endothelialitis juga dapat muncul sebagai akibat dari infeksi ini. Sistem syaraf tepi juga rentan terhadap dampak virus ini, yang dapat menyebabkan gangguan penciuman dan pengecapan, cedera otot, sindrom Guillain-Barre, dan varian-varian sindrom tersebut.
Penelitian juga mengungkapkan tantangan dalam deteksi awal infeksi COVID-19. Tingkat viral load yang rendah dalam fase awal dan akhir infeksi dapat menyebabkan hasil tes yang tidak akurat. Ini menyoroti perlunya pengembangan metode deteksi yang lebih sensitif untuk mengatasi tantangan ini.
Selain pendekatan medis konvensional, terapi herbal dari Traditional Chinese Medicine (TCM) juga telah menjadi sorotan dalam mempercepat pemulihan pasien COVID-19. Penggunaan herbal dalam pengobatan telah lama menjadi tradisi dalam budaya TCM, dan upaya untuk memanfaatkannya dalam mengatasi dampak pandemi ini patut mendapat perhatian lebih lanjut. Studi tentang efektivitas terapi herbal ini dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu pemulihan pasien menjadi hal yang menarik untuk dieksplorasi lebih dalam.
Secara keseluruhan, pandemi COVID-19 telah membawa dampak luas pada kesehatan dan kehidupan kita. Melalui kerja sama global, penelitian mendalam, dan pendekatan yang komprehensif, kita dapat terus bergerak maju untuk mengatasi tantangan ini dan mempersiapkan diri menghadapi pandemi potensial di masa depan. [ab]